Ungkapan Atau Idiom Dalam Bahasa Banjar

Ungkapan Atau Idiom Dalam Bahasa Banjar


Layaknya bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu, bahasa Banjar yang banyak digunakan di wilayah Kalimantan Selatan, beberapa daerah di propinsi Kalimantan lainnya, Riau (terutama di Indragiri Hilir), bahkan Malaysia, juga memiliki ungkapan atau idiom, yang mana jika diartikan secara harfiah sangat jauh dan berbeda maknanya dari yang dimaksud.

Selain maksud saya untuk lebih memperkenalkan salah satu Bahasa yang banyak digunakan di pulau Kalimantan ini, juga mengingatkan kembali terhadap para penutur bahasa Banjar, baik yang berada di tanah kelahiran, maupun yang berada di luar, di perantauan, serta yang masih memiliki keterkaitan dengan etnis Banjar.

Diantara ungkapan atau idiom yang saya kemukakan ini mungkin saja sudah jarang terdengar, namun tetap masih digunakan dalam percakapan dengan tujuan untuk memperhalus perkataan dalam bertutur. Semoga bermanfaat.
Ini merupakan beberapa ungkapan atau idiom yang sering digunakan dalam bahasa Banjar dewasa ini.

-MANGABUAU; berasal dari kata dasar “kabuau”, adalah sejenis buah yang banyak tumbuh di bantaran sungai di daerah Kalimantan. Adapun maksud idiom ini adalah; bohong atau hal-hal yang terkait dengan kebohongan.
Contoh kalimat : “Ikam lah mangabuau haja gawian.”
Artinya : “Kerjaanmu itu cuma berbohong saja.”
“Dasar Pangabuau ikam tu.” - Artinya : “Dasar pembohong kau.”

-MAHALABIU; asal katanya adalah “halabiu”, atau sebuah tempat di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang bernama Alabio, terkenal dengan peternakan itiknya, dan tempat pertama kali Ormas Muhammadiyah masuk di wilayah Kalimantan Selatan. Kata “Halabiu” dikarenakan pengucapannya dalam dialek Banjar.
Arti dari idiom “Mahalabiu” ini adalah; seseorang yang sangat pandai bersilat lidah dalam berbicara terhadap lawan bicaranya untuk mengelabui.

-BATAPUNG TALI SALAWAR; arti harfiahnya adalah mengikat erat tali celana. Adapun maksud dari ungkapan ini adalah suatu perbuatan nekad menyangkut membela harga diri. Idiom ini juga berhubungan dengan DALAS HANGIT yang arti harfiahnya adalah; biarpun hangus, maksudnya kurang lebih ungkapan dalam bahasa Indonesia; lebih baik berputih mata daripada berputih hati.

-WAJA SAMPAI KA PUTING; arti harfiahnya adalah baja sampai ke ujung (puting), maksudnya adalah; tak akan menyerah kecuali mati. Ungkapan ini lebih kepada semboyan suku Banjar, terutama untuk membangkitkan semangat pasukan Banjar ketika terjadi perang melawan penjajah Belanda yang dipimpin Pangeran Antasari, yang berhasil menenggelamkan kapal Onrust milik Belanda ndi sungai Barito.

-LIHUM PAPUYU; ungkapan ini terdiri dari 2 kata yang berlainan arti; Lihum, berarti senyum, sedangkan Papuyu merupakan sejenis ikan sungai air tawar. Maksud idiom ini menggambarkan sebuah senyum yang sangat memikat.

-KASASAHANGAN; akar katanya adalah “sahang”, sebutan untuk merica atau lada dalam bahasa Banjar. Idiom ini menggambarkan seseorang yang tak sabar untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Contoh kalimat : “Umai lah ikam kasasangan handak tulak ka Jakarta.”
Artinya : “Waduh, rupanya kamu sudah ingin sekali pergi ke Jakarta.”

-DI PAHUJUNGAN BURUNG BABUNYI; artinya harfiahnya adalah “di penghujung burung berbunyi”. Maksud idiom tersebut adalah untuk menunjukkan suatu tempat atau lokasi yang sangat terpencil.

-BALIUR DUA; arti harfiahnya adalah memiliki liur dua. Ungkapan ini ditujukan terhadap seorang perempuan yang sedang mengidam.

-MUHA KAYA DITAPAS; maksudnya mendapat malu yang sangat. Arti harfiahnya; muka seperti dicuci.

-MANCARI SULUH TASIPAK HANDAYANG; maksudnya masih memperoleh keberuntungan. Arti harfiahnya; mencari obor ketemu pelepah kelapa.

-BAGANDANG NYIRU; ungkapan yang ditujukan terhadap seseorang yang sangat sulit dicari keberadaannya. Bagandang nyiru artinya adalah menabuh tempat penampi beras.

-MUHA KAYA TAMPUYAK; menggambarkan seseorang yang bermuka atau berwajah selalu tak sedap dipandang. Muha (muka, wajah), kaya (seperti, bagaikan, laksana), tampuyak (daging durian yang disimpan lama sehingga mengalami proses permentasi, rasanya sangat asam).

-NANGKAYA TIWADAK DIHANTAK; arti harfiahnya adalah; seperti buah cempedak yang dihempaskan. Adapun maksud sebenarnya untuk menggambarkan bentuk atau postur seseorang yang jelek.

KAGUGURAN INDARU; ungkapan ini menggambarkan seseorang yang memperoleh rejeki besar, rejeki nomplok yang tak terduga-duga. Kaguguran (kejatuhan), indaru (sesuatu atau benda yang jath dari langit).

-MAMILANDUK; asal katanya adalah “pilanduk”, sebutan untuk hewan Pelanduk, Kancil. “Mamilanduk”, berarti bersikap seperti seekor plenduk atau kancil yang dikenal dalam cerita fabel, hewan yang sangat cerdik. Jadi makdus ungkapan tersebut menggambarkan seseorang yang sangat cerdik laksana seekor pelanduk atau kancil.

-MAMBUANG SAPATU DAPAT CAPAL; maksudnya suatu tindakan yang sangat merugikan yang dilakukan oleh seseorang. Arti harfiahnya adalah; membuang sepatu memperoleh sandal jepit.
Nah, saya kira untuk kali ini cukup dulu sampai disini, lain kesempatan akan saya sambung lagi. (ISp/disarikan dari www.kompasiana.com/imizona)